Friday, 1 January 2016

3 Tips Sederhana Mengerjakan Psikotes Agar Lolos Seleksi




Bagi mereka yang akan melamar pekerjaan, psikotes adalah salah satu fase yang harus dilewati para pelamar kerja untuk mendapatkan posisi yang diinginkannya. Fase ini membuat banyak orang merasa perlu mencari cara agar lulus psikotes dan mendapatkan posisi yang diinginkannya. Keinginan ini dibaca oleh mereka yang mempunyai otak bisnis, kemudian mereka membuat berbagai macam buku dan tulisan mengenai tips untuk lulus seleksi psikotes. Tidak percaya? Silahkan saja pergi ke toko buku yang namanya cukup terkenal. Pada umumnya, ada satu tempat dimana bertumpuk berbagai buku untuk latihan psikotes dengan harga puluhan ribu rupiah. Isinya merupakan tes-tes yang digunakan para asesor untuk melakukan asesmen psikologis. Disitu juga dituliskan cara-cara mengerjakan tes tersebut agar hasilnya 'terlihat' baik. Lebih jauh, saya mendapat kabar dari beberapa kolega saya bahwa di suatu daerah ada bimbingan belajar yang mengkhususkan untuk melatih pesertanya agar lulus psikotes. Harga yang dipatok bisa sampai ratusan ribu dengan beberapa kali pertemuan. Kehadiran internet sebagai gerbang informasi pun tidak mau kalah. Sudah banyak artikel online yang menjelaskan tentang cara-cara menghadapi psikotes. Beberapa artikel itu juga saya dapatkan dari kolega saya, yaitu tips untuk menggambar pohon, dan tips untuk menggambar manusia dengan benar saat psikotes. Saya yakin masih banyak lagi. Walaupun dari segi dunia psikologi hal ini merupakan pelanggaran kode etik yang serius, saya memahami bahwa para pelamar membutuhkan pekerjaannya. Mereka rela untuk melakukan hal yang dianggap perlu demi mendapatkan pekerjaannya, termasuk latihan psikotes. Yah, siapa sih yang mau jadi pengangguran? Kemudian ada juga orang-orang yang bisa memberikan jasa latihan alat tes ini, semuanya cocok. Sederhananya, ada demand, maka ada supply. Sebagai orang yang memiliki background psikologi, saya merasa perlu untuk memberikan tips agar para pencari kerja benar-benar mendapatkan informasi mengenai psikotes. Tips ini akan berbeda dari tips yang lain, sehingga saya berharap anda dapat membacanya sampai habis. Walaupun anda sudah melakukan research anda sendiri, saya yakin anda akan mendapatkan sesuatu yang baru. Siap? Mari kita mulai.

TIPS PERTAMA
Berhentilah "Berlatih" Mengerjakan Psikotes Kenapa? Sederhana. Tidak ada gunanya. Psikotes memang mengukur perihal tertentu dari diri anda seperti ketahanan kerja, ketelitian, gaya bekerja, karakter, dan lain-lain. Tetapi, psikotes bukan persoalan "siapa yang mendapatkan nilai paling tinggi, maka dia yang akan diterima kerja". Psikotes bertujuan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang diri anda. Psikotes hanya satu dari tahap yang harus ditempuh oleh para pencari kerja. Dan psikolog dapat mengetahui apakah anda berbohong atau tidak. Pada umumnya, seleksi dilakukan tiga tahap. Tahapannya adalah seleksi berkas, psikotes, dan wawancara. Pada tahap seleksi berkas, perusahaan akan melihat kualifikasi formal anda untuk posisi yang dibutuhkan. Kualifikasi formal itu di antaranya adalah pendidikan dan keahlian khusus yang dibutuhkan. Apabila anda memenuhi kriteria untuk kualifikasi formal, anda akan melanjutkan ke proses psikotes. Tahap kedua adalah psikotes. Sudah dijelaskan di paragraf sebelumnya bahwa hal ini bertujuan mendapatkan gambaran menyeluruh dari diri anda. Perusahaan ingin melihat apakah kompetensi anda cocok dengan pekerjaan yang dibutuhkan. Hal ini penting bagi perusahaan, karena mereka ingin menempatkan orang dengan kemampuan yang tepat pada posisi yang dibutuhkannya. The right person on the job. Selain itu, psikolog dapat mengetahui apakah anda melakukan kebohongan atau tidak. Saat tes berlangsung, para pengawas paham siapa saja yang berusaha untuk nyontek. Mereka mencatat perilaku 'aneh' selama tes berlangsung dan menyerahkan hasil observasinya ke psikolog. Kemudian psikolog pun akan melakukan kroscek antara satu tes dan tes lainnya. Bila ditemukan keanehan, bisa jadi anda telah melakukan faking terhadap psikotes anda. Tahap terakhir adalah wawancara. Wawancara ini pun biasanya terbagi dari beberapa tahap. Mulai dari manajer sampai direktur. Pada tahap ini, mereka melakukan pendalaman lebih dalam mengenai diri anda melalui wawancara. Selain itu, tahap ini juga melakukan kroscek dari hasil psikotes anda. Pewawancara yang berpengalaman mengetahui apakah anda berbohong atau tidak. Percayalah, tidak selamanya anda dapat melakukan faking terhadap perilaku anda. Jadi, ketika melakukan psikotes apa yang harus anda persiapkan? Berikut tips ke dua.

TIPS KEDUA
Persiapkan Diri Anda Sebelum Memulai Psikotes Persiapan seperti apa yang diperlukan untuk menghadapi psikotes? Mudah sekali. Usahakan anda dalam kondisi bugar dan mood yang bahagia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang bahagia memiliki produktivitas yang lebih baik, dan lebih sukses. Perihal penelitian terkait kebahagiaan bisa lihat rangkumannya disini. Buatlah hal-hal yang menyenangkan sehari sebelum anda psikotes, dan usahakan untuk istirahat yang cukup. 


TIPS KETIGA
Berdoa Saya berasumsi bahwa anda memiliki keyakinan beragama. Dekatkan diri kepada Tuhan. Dalam agama saya, yaitu Islam, ada istilah "Kun Fayakun" yang apabila di-Indonesiakan berarti "Jadi, maka terjadilah". Hal ini menunjukkan bahwa bila Allah berkehendak, maka apapun akan terjadi. Sekarang, bila Allah mengkehendaki kamu, hamba yang dicintainya, untuk mendapatkan pekerjaan, manusia mau bilang apa? Tiga tips sederhana ini bisa mengantarkan anda untuk lolos seleksi. Memang proses seleksi itu tidak mudah, karena anda bersaing dengan ratusan ribu orang lain yang juga mau mencari pekerjaan. Berpikir positif saja apabila belum diterima. Siapa tahu pekerjaan itu tidak cocok untuk anda. Apabila anda bekerja di tempat yang tidak cocok, anda tidak akan bisa maksimal di sana. Untuk para praktisi psikologi, baik peneliti, dosen, psikolog, mahasiswa, dan lain-lain, ini adalah isu lama yang masih belum terselesaikan. Melihat perkembangan teknologi informasi, hal ini bisa makin menjadi-jadi. Kita perlu bersama-sama memikirkan jalan keluar dari permasalahan pelanggaran kode etik ini. Menuntut untuk meningkatkan kemampuan dalam asesmen hanyalah solusi sementara dari permasalahan ini. Kita perlu sebuah hukum yang legal untuk mengatur kebijakan penggunaan alat tes, sehingga tidak digunakan dan disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.



EmoticonEmoticon